Beberapa tari yang menggambarkan budaya yang cukup memukau, di samping menarik untuk di simak yakni adanya Tari Prawesti.
Berikut ulasan yang di sampaikan oleh Bobbie Rendra ke redaksi majalahburungpas.com, yang di lengkapi foto oleh : Febriandi Dimas Wara
Pada
pertunjukan POTKA (Pusat Olah Tari dan Karawitan) Setialuyu pada 2
Februari lalu akhirnya menggagas sebuah event dengan titel “Paket
Kemasan Aneka Seni Tari 2013”. Evnet Jenis gigs yang bekerja sama dengan
Deparbud Jawa Barat ini mencoba menggambarkan sebuah potret otentik
yang mempresentasikan potongan kehidupan epic masyarakat yang berbudaya
Sunda.
Semuanya
disajikan secara professional dan dikemas berupa serangkaian penampilan
sendratari-musikal yang diiringi secara live oleh sebuah grup Karawitan
yang juga hasil didikan POTKA.
Dalam
pagelaran konser ini, Iwan Rudiana selaku penata tari dan Uyep Supratna
selaku penata karawitan membubuhkan beberapa eksplorasi ke dalam
kesenian Sunda tersebut agar menjadi lebih inovatif.
Terobosan-terobosan baru semacam ini dimaksudkan agar kelak kesenian
tradisional Sunda mampu meraih minat generasi muda Indonesia, khususnya
Jawa Barat.
Penonton
yang memenuhi tribun venue (berukuran kecil) hingga tigaperempat-nya
tidak diketahui secara pasti, apakah mereka berasal dari kalangan yang
beragam atau bukan. Namun kehadiran beberapa warga negara asing yang
tampak apresiatif dan antusias selama pertunjukan berlangsung, bisa
menjadi sebuah credit-point tersendiri untuk kita garis bawahi.
Bahwa
sebuah pagelaran yang berformat non-verbal concert seperti ini (di mana
para penampil di atas stage tidak berekspresi melalui bahasa lisan dan
tulisan), namun ternyata memiliki daya eksotisme serta nilai estetika
tinggkat tinggi menurut beberapa perspektif kesenian secara luas.
Bukan
tidak mungkin, concer ini kedepan akan menjadi bagian empuk kita
saksikan, jika ditinjau dari segi kuantitas talentsnya, kita bisa jelas
merasakan bahwa gigs semacam ini setara dengan penampilan big-band,
pertunjukan opera, atau orchestra.
Banyaknya ciri khas kekayaan intelektual yang negeri kita miliki (dan
lupakan) adalah salah satu major concern yang menjadi alasan lahirnya
sebuah harapan baru bagi keberlangsungan kolaborasi antara rangkaian
program POTKA Setialuyu dan Balai Pengelolaan Taman Budaya di tahun 2013
ini.
Tepat
pukul 20.00 WIB, acara di atas stage-outdoor berbentuk setengah
segidelapan ini resmi dibuka langsung oleh sang sutradara, H. Moh. A’im
Salim. Di atas panggung yang menggunakan berbagai properti dengan tema
agraris ini (sampai pohon pisang dijadikan dekorasi), berlangsung Tari
Arumampes Katon sebagai sajian pembuka.
Empat
orang dancer wanita berolah tubuh dengan halus dan gemulai sebagai
lambang ucapan selamat datang kepada seluruh hadirin. Penampilan satu
ini juga berisi Rajah Ruwatan, yaitu semi ritual yang di mana seorang
pria berbalut selendang putih masuk sambil membawa keris dan melakukan
gerakan sejenis pencak silat dengan versi yang lebih elegan.
Sesi
ini ditutup dengan sesajen berbentuk nasi tumpeng serta penampilan Tari
Baksa Menak, sebuah tarian historis yang dulu biasa dilakoni bangsawan
Sunda (untuk saat ini Tari Baksa Menak menjadi mata kesenian wajib di
beberapa institusi kesenian minor).
sumber : http://www.majalahburungpas.com/seni-budaya/tari-prawesti-ikon-baru-dunia-seni-tari-bandung.html